Bisikan tanpa Bunyi
Heran
lolongan loudspeaker dari atas mihrab
yang terhormat itu
sama sekali tak kudengar
mungkin karena terlalu keras memekak
atau karena suara itu telah menjelma rutin
yang merampas minat
atau karena aku kini benar-benar tuli
kukorek lubang kupingku jauh ke dalam
jangan-jangan ada batu yang membuntu
harus aku cukil
tapi sampai tembus lubang kuping yang satu
aku tetap tak mampu mendengar
aku kesal
kupotong kedua daun telinganku
aku tak butuh telinga lagi, gumamku
tapi aneh
tanpa kuping
justru aku mendengar berdesir-desir bisikan
jernih tanpa gema
lembut penuh wibawa
aku bertanya:
dari mana suara itu kudengar
lewat apa aku mendengar
itukah bisikan tanpa suara
tanpa aksara
Sidojangkung, 25 Pebruari 2008
Mohammad Nurfatoni
About this entry
You’re currently reading “Bisikan tanpa Bunyi,” an entry on Pojok Hati
- Telah Diterbitkan:
- April 21, 2009 / 3:13 am
- Kategori:
- Uncategorized
- Tag:
- Puisi, Puisi Profetik, Puisi Sufistik, Sajak, sastra
5 Komentar
Jump to comment form | comment rss [?] | trackback uri [?]